Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Maruf, Arsul Sani menyampaikan pihaknya akan menghormati undangan tes baca Alquran dari para dai atau pendakwah di Aceh yang ingin menguji para calon presiden dan wakil presiden.

Arsul mengatakan bahwa undangan tersebut merupakan tradisi dan kearifan lokal disana di Aceh. dan Aceh termasuk dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Jadi undangan ini adalah bentuk dari kemajemukan Indonesia sebagai bangsa yang besar dan beragam.

Ursul mengklaim bahwa undangan ini tidak ada unsur politik sama sekali. Ini adalah budaya, tradisi disana.

Apalagi nilai budaya keharusan pemimpin untuk bisa membaca alquran itu diwajibkan diwiliayah Aceh Nanggroe Darussalam .

Kewajiban ini sampai dibuatkan peraturan disana dan dimasukkan kedalam peraturan daerah setempat. Dimana pemimpin harus bisa membaca Alquran.

“Apalagi jika ‘kearifan lokal’ semacam itu tertuang dalam legislasi setempat,” kata Arsul melalui pesan singkat kepada VIVA, Minggu 30 Desember 2018

“TKN tidak memandang usulan baca Alquran ini dalam kaca mata sekuler misal dengan mengatakan ini yang dicari pemimpin NKRI yang majemuk. Apalagi kalau kacamata ini dipergunakan hanya karena capresnya enggak bisa baca Alquran,” kata Arsul.

Politikus PDIP, Maruarar Sirait juga telah memberikan pernyataan serupa bahwa Jokowi siap dalam tes baca Alquran.

“Pokoknya kalau Pak Jokowi pasti siap,” kata Maruarar di Jakarta, Minggu 30 Desember 2018.

Bapak Jokowi pasti hadir dalam undangan tersebut karena menurutnya Jokowi juga adalah orang yang agamis.

TKN Jokowi izinkan tes baca Alquran

TKN Jokowi izinkan tes baca Alquran

Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Maruf, Hasto Kristiyanto turut menanggapi undangan tes membaca Alquran di Aceh.

Dikatakan Hasto usulan ini bisa menjadi bumerang bagi lawan politik mereka yang kerap menggunakan isu agama dalam berpolitik.

Hasto menilai baik Jokowi ataupun Ma’ruf harus ikut dalam undangan tes baca Alquran ini begitupun sebaliknya dengan oposisi mereka.

“Kami melihat ini cara masyarakat Aceh untuk mengoreksi pemimpinnya yang mencoba menggunakan isu-isu agama,” kata Hasto dalam konferensi pers di Media Center Jokowi-Ma’ruf, Jalan Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Ahad 30 Desember 2018.

“Untuk urusan bangsa dan negara jangan permainkan isu-isu agama yang seharusnya membangun peradaban kita bersama,” tutur Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini.

Akan tetapi Hasto mengatakan bahwa ujian ini juga boleh tidak dilakukan karena ini hanya berlaku di Aceh sana.

Dan pemimpin yang baik tidak diukur dari kepiawaian mengaji melainkan ketakwaan kepada tuhan.

Hasto juga menjelaskan pernyataannya tersebut bahwa mungkin di Aceh mendambakan sosok pemimpin yang agamis namun pemimpin lebih ideal tercermin dari tindakan bukan dari klaim.

“Agamis itu diukur dari tindakan, bukan dari klaim,” kata dia.

Sebelumnya Ketua Ikatan Dai Aceh, TGK Marsyuddin Ishaq mengatakan organisasinya akan turut aktif adalam pesta demokrasi pemilu 2019.

Peran ini dikatakan akan menjadi pendidikan politik bagi masyarakat khususnya yang beragama Islam. Untuk bisa melihat kapasitas pemimpin mereka dalam nilai-nilai ke-Islaman.

Salah satu peran mereka saat ini adalah Undangan tes baca Alquran.

Cek Juga : Ganti Presiden di Aceh, Neno dapat gelar laksamana muda