Heboh edaran Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyelidikan (SPDP) kasus dugaan makar oleh Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Partai berlambang burung tersebut langsung memberikan klarifikasi yang mana Prabowo adalah terlapor bukan tersangka kasus makar.

Klarifikasi yang disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad menjelaskan kalau terbitnya Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyelidikan adalah atas nama Eggy Sudjana.

Namun karena bapak Prabowo juga dilaporkan oleh pelapor pada kasus yang sama makanya nama Prabowo juga tercantum pada SPDP tersebut. Tapi yang diperiksa adalah Eggy bukan Prabowo.

Dasco secara personal sudah memberikan keterangan tertulis terkait hal ini yang diterima di Jakarta, Selasa 21 Mei 2019. Dinyatakan kalau Prabowo terlapor bukan tersangka kasus makar.

Tidak benar telah terbit SPDP terhadap Pak Prabowo terkait kasus makar,”

“Pak Prabowo memang turut dijadikan Terlapor oleh Pelapor, tapi status Pak Prabowo bukan Tersangka bahkan juga bukan saksi,” ucap Dasco.

Dasco menegaskan, tak ada fakta yang mengaitkan Prabowo dengan tuduhan makar. “Sebagaimana kita tahu bahwa Pak Prabowo senantiasa berjuang dalam koridor hukum dan konstitusi,” tegas Dasco.

Baca Juga: KPU terbukti bersalah langgar prosedur input data Situng

Makar bukan tujuan dan niat Prabowo

Calon Presiden Nomor Urut 02, Prabowo Subianto menegaskan kalau dirinya tidak berniat melakukan apapun dalam aksi 22 Mei 2019 besok. Prabowo hanya ingin menegakkan hukum dan keadilam dalam negeri bukan makar.

“Tidak ada niat kami untuk makar, tidak ada niat kami untuk melanggar hukum, justru kami ingin mengamankan hukum, kami ingin menegakkan kebenaran dan keadilan, katakanlah yang benar itu benar dan yang salah itu salah,” ucap Prabowo dalam video dari Tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) pada Selasa, (21/5/2019).

Prabowo melanjutkan kalau akses 22 Mei digelar secara damai dan menaati segala peraturan yang berlaku. Perjuangan ini akan dilakukan secara demokratis dan sesuai konstitusi.

“Perjuangan kita harus damai, bebas dari kekerasan, memang kami banyak mantan tentara, kami mengerti apa arti perang dengan kekerasan, kami tidak menginginkan kekerasan digunakan dalam kehidupan politik. Memang berat jalan tanpa kekerasan, tapi sejarah membuktikan justru yang berat itu akan membawa kebaikan,” ujar dia.

“Tanpa kekerasan apapun, jadi mereka-mereka yang masih percaya dengan saya dan kawan-kawan di sini, tokoh nasional kami berjuang bukan untuk pribadi tetapi untuk kedaulatan rakyat Indonesia merdeka, bebas dari penjajahan dalam bentuk apapun,” ucap dia.

Sumber: Liputan6