Polemik Indonesia Barokah tampaknya terus belanjut kebabak baru setelah partai PKS tantang polisi ungkap dalang Indonesia Barokah.
Sebelumnya Indonesia Barokah mempublikasikan data tentang penggerakan massa secara masif yang dikenal dengan nama Reuni 212: Kepentingan umat atau kepentingan politik.
Partai koalisi Gerindra, Partai Keadilan Nasional menyindir aparat dalam mengungkap kasus Tabloid Indonesia Barokah.
Sekretaris bidang Polhukam DPP PKS, Suhud Alynuddin memberikan sindiran tentang keseriusan dan ketegasan pihak kepolisian dalam mengusut kasus tersebut.
Suhud menilai bahwa seharusnya tidak sulit bagi pihak kepolisian Indonesian untuk langsung mendapatkan dalang siapa dibalik Indonesia Barokah juga mencegah penyebarannya.
“Harus diusut tuntas oleh aparat Kepolisian. Jika aparat serius, kami kira tak terlalu sulit (diungkap),” ujar Suhud, saat dihubungi, Selasa 29 Januari 2019.
Suhud mengatakan bahwa dari informasi yang didapatnya peredaran tabloid tersebut dilakukan dari jasa pengiriman dalam skala dan biaya besar.
Untuk hal sebesar ini saya rasa sangat mudah dicek pihak mana yang melakukan. Apalagi saat ini sudah canggih.

“Sebagaimana mereka sangat tegas dan cekatan, saat menindak pihak-pihak yang mengkritik pemerintah,” kata Suhud.
Pada kesempatan yang sama Suhud juga menjelaskan bahwa Tabloid Indonesia Barokah ini merupakan bentuk kampanye hitam.
Kenapa baru sekarang dibuat ? jadi seperti ada unsur kesengajaan untuk menjatuhkan salah satu paslon.
“Peredaran tabloid hitam mencederai semangat pemilu jujur, beradab, dan bertanggung jawab,” kata Suhud.
Penyebaran tabloid Indonesia Barokah ini sendiri sudah tersebar kedaerah sekitar Jakarta seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Bekasi dan Depok.
Suhud dan partainya PKS tantang polisi ungkap dalang Indonesia Barokah.
Indonesia Barokah kampanye negatif bukan hitam

Wakil Direktur Komunikasi TKN Jokowi-Ma’ruf, Ipang Wahid memberikan bantahan bahwa kasus Indonesia Barokah adalah kampanye hitam.
Menurutnya kasus Obor Rakyat barulah murni kampanye hitam karena semuanya mengandung fitnah dan menyudutkan Jokowi secara personal.
Sedangkan kalau kasus Indonesia Barokah tak semuanya berisi fitnah.
Indonesia Barokah hanya berisi tulisan yang disadur ulang dari beberapa artikel dimedia massa. Kontennya berisi HTI, Pemimpin Islam hingga Prabowo.
Ipang mengatakan kalau ini bukan kampanye hitam melainakan kampanye negatif.
“Nomor satu, itu (Tabloid Indonesia Barokah) bukan kerjaan TKN. Saya pribadi menilai isinya sangat jauh dari hoax, jadi biarin aja. Apalagi Bawaslu sudah menyatakan bukan kampanye,” kata Ipang Wahid di tvOne, Senin malam, 28 Januari 2019.
“Kalau BPN menyebut itu fitnah, monggo-monggo saja. Itu asumsi saya, saya belum dengar dari penulis. Beda dengan Obor Rakyat, katanya Jokowi anti Islam, Jokowi PKI, sangat berbeda jauh (Tabloid Indonesia Barokah),” ujarnya.
Ipang juga memberikan pernyataan bahwa Indonesia Barokah ini bukan pekerjaan mereka dan tidak ada dalam rencana kerja TKN.
“Ya framing-nya mirip Obor Rakyat, tapi Obor Rakyat kan black campaign, kalau ini (Tabloid Indonesia Barokah) ini kan negative campaign,” kata Ipang.
“Yang jelas, Tabloid Indonesia Barokah ini tak ada dalam strategi TKN. Kalau ada yang down grading, kami diuntungkan itu ya sah-sah saja, tapi ini bukan produk TKN,” tegas putra dari Gus Solah ini.
Cek Juga : BPN Prabowo sudah kantongi nama dalang Tabloid Indonesia Barokah