Presiden Jokowi baru-baru ini mengungkapkan alasannya sering menyerang lawan politiknya akhir-akhir ini. Gaya ofensif Jokowi ini ternyata sudah dihitung efeknya oleh Erick Thohir.

Namanya kampanye ya perlu sedikit ofensif setelah sebelumnya pernah menyatakan masa diam saja kalau diserang terus.

Jokowi memberikan pernyataan lain sebab aksinya akhir-akhir ini yang terus menyerang lawan politiknya.

Jokowi merasa saatnya sudah tepat dan datang untuk menyerang balik oposisinya. Karena sejak awal memimpin negeri 5 tahun silam ia sudah terus bertahan.

“Ya, kampanye, kan, perlu ofensif,” katanya singkat usai menghadiri peringatan ulang tahun Himpunan Mahasiswa Islam di Jalan Purnawarman Nomor 18, Jakarta, Selasa, 5 Februari 2019.

“Masa kami empat tahun suruh diam saja. Ya, enggaklah. Jadi empat tahun diem masa suruh diteruskan,” ucapnya.

Hal yang sama pernah dikatakan Jokowi saat menghadari acara rapat konsolidasi nasional Jenggala Center di JS Luwansa. Jokowi menolak segal serangan dari pihak lawan.

“Masak saya diam terus? Saya suruh diam terus? Saya suruh sabar terus? Ya tidak dong,” kata calon presiden 2019 nomor urut 01 ini saat itu.

Wakil Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf, Raja Juli Antoni juga telah memberikan pernyataan bahwa aksi Jokowi menyerang lawan politiknya memiliki arti lain.

Jokowi sedang melakukan edukasi politik kepada rakyat Indonesia.

Paslon nomor urut 01 pilpres 2019

Erick Thohir sudah hitung efek gaya ofensif Jokowi

Ketua Tim Kampanye Nasional, Jokowi-Ma’ruf, Erick Thohir mengaku bahwa ia sudah memperhitungkan efek elektoral dari sikap ofensif Jokowi.

“Beliau hanya menyampaikan data dan fakta. Semuanya dilakukan dengan hitung-hitungan yang cermat.” Erick menyampaikannya melalui keterangan tertulis, Rabu, 6 Februari 2019.

Sikap tersebut kata Erick tidak lain usai hasil survei debat pertama yang tidak mempengarunhi banyak pemilih militan yang sudah ada.

Data pemilih Jokowi dari empat bulan lalu hingga sekarang sekitar 54 persen. Dikubu lawan sebanyak 31 persen.

Angka tersebut tampaknya tidak akan berubah lagi karena pemilih tidak mau mengganti pilihannya lagi.

Dan, bila mengutip data dari Lingkaran Survei Indonesia, masih ada sekitar 18 persen suara yang belum menentukan pilihan.

“Mereka inilah yang kami coba tarik suaranya.”

Caranya adalah menyajikan fakta dan data jelas atas hal yang selama ini diputarbalikkan.

“Ya misalnya, soal isu dan fitnah PKI lah, antek asing dan antek aseng lah,” kata Erick Thohir.

Cek Juga : Serang balik, Jokowi dinilai panik soal elektabilitas